Saat di masa muda-nya
Dia frustrasi dan hampir menyerah
Seniman dari Jepang bernama Kuroda Yukiko,
saat bekerja sebagai grafis desainer di perusahaan periklanan.
Periklanan bisa bisnis yang sangat stress dan
Dirinya yang pendiam dan sensitif.
membuatnya muda depresi dan sering sakit, fisik dan mental-nya.
Mental dia paling drop ketika seorang teman memecahkan piring kesayangannya
dan membuang setiap setiap potong ke tempat sampah.
Kuroda Yukiko pesimis "Kayaknya semua tidak ada harapan, dunia tidak ada guna-nya untuk piring ini dan tidak guna untuk ku"
Tidak tahu apa lagi yang dilakuin,
dia mengambil pecahan belah piring tersebut secara random dari tempat sempah
dan coba memperbaiki-nya
Pelan pelan dia menyatukan kembali piring itu,
dengan hati hati menggabungkan setiap detail-nya,
tak lama piring itu kembali utuh, tidak sempurna seperti sebelumnya tapi keseluruhan.
Sesuatu yang menakjubkan terjadi,
selama perbaikan,
dari yang terdampar pecah pecah,
sekarang utuh menjadikannya piring itu lebih menarik dari sebelumnya.
Ini bukan lagi piring yang biasa diproduksi massal dengan porcelain murahan,
ini sudah menjadi objek seni,
retakan retakan piring dekorasi-nya yang membuat-nya unik, bahkan bernilai.
Kuroda dianggap telah menemukan berseni ala Jepang, Kint Tsugi, keindahan dari ketidaksempurnaan.
Guru guru dari Kint Tsugi menggunakan getah Pohon Urushi untuk mengembalikan sesuatu yang pecah,
kemudian melapisinya dan memolesnya berulang kali hingga sempurna.
Tahap terakhirnya menghiasinya percikan emas atau silver ke yang diperbaikan dan moles-nya,
biar kelihatan berkilau sendiri dari yang lain.
Itu seringnya membutuhkan berbulan bulan untuk menyempurnakan satu piece,
dipandang sebagai karya seni dan bernilai berlipat lipat dari yang aslinya terpecah.
Dalam 15 tahun sejak percobaan pertama-nya,
Yukiko Kuroda sudah memperbaiki setidaknya 1000 buah
dan sudah mulai diakui sebagai master Kint Tsugi.
"Ketika saya kerja, pikiran ku bebas dari gangguan, bebas dari khawatir, perasaan berbahagia yang sesungguhnya. Saya membalikkan sepotong pottery selagi membalikkan keadaan diri ku lebih baik."
Dengan melakukan pemikiran yang terbalik dari konvensional,
dia menemukan sesuatu yang lebih baik.
Sama dengan seni kuno Jepang Sekitei, atau mendesain taman batu.
Mereka menapresiasi kesederhanaan, disiplin dan pertapa natural dari zen
Konsekuensinya pilihan mereka dalam bertanam sangat terbalik dengan cara konvensional,
tidak ada bunga dan dekorasi, itu hanyalah kumpulan batu dan kerikil.
Ketepatan geometris yang tepat lebih baik daripada taman organik alami mana pun.
Pohon Urushi itu, semacam pohon karet dari Jepang.
Getahnya itu bisa dijadikan sebagai lem untuk memoles barang barang tradisional pecah belah dulu di Jepang.
600 tahun lalu, taman taman Jepang berkompetisi kompleks penampilan tanaman bunga, air terjun, aliran sungai dan jalan.
Kasta kalangan samurai melihat segala bentuk pemanjaan diri dan kesenangan adalah kelemahan, mereka menghindari kesombongan dan memamerkan barang-barang duniawi.
Efeknya sekaligus indah, monumental sekaligus halus.
Steve Jobs pernah menyebut taman batu sebagai "Hal paling divine yang pernah ku lihat"
Bandingkan dunia barat yang tidak nyaman dengan kekosongan dan keheningan, dan mereka harus mengisi kekosongan tersebut
Dunia barat, mereka takut dalam keadaan kekosongan dan ketidaksempurnaan
Tapi di keyakinan Zen punya konsep youhau no bi, keindahan dari kekosongan
Kenapa rumah Steve Jobs isi ruangan rumahnya kosong, lebih memilih duduk bersila sambil menikmati passion-nya bersama Audiophile
Belajar sesungguhnya adalah melibatkan keindahan dari ketidaksempurnaan dan keindahan dari kekosongan.
Kedua-nya adalah kebalikan dari pemikiran konvensional.
"Sometimes, less is more"
Thanks for reads, hope you enjoyed it, sharing this article on your favorite social media network would be highly appreciated 💖! Sawernya juga boleh