Matahari Terbit Memperkaya Kehidupan

Berikut adalah surat kabar terjemahan Dr. Ray Peat dalam Townsend Letter for Doctors & Patients, Juni 1996, halaman 83-85

Q: Kamu bilang cahaya matahari bermanfaat untuk kesehatan kamu. Bagaimana?

Contohnya begini, cahaya matahari bisa menyembuhkan depresi, meningkatkan imun, merangsang metabolisme kita dan juga menurunkan nafsu makanan, dan meningkatkan kecerdasan kita.

Walaupun terkena sinar matahari juga kontribusi ke penuaan dalam kulit kita, masyarakat yang bertahun tahun bekerja outdoor mengurangi angka resiko kanker organ dalam nya. Bertahun tahun, sudah diketahui bahwa angkat kematian naik selama bulan bulan musim dingin dan meningkat di waktu malam (musim dingin atau musim panas). Most death occur just before dawn when the body is in its least efficient state. Memang bahwa cahaya di pagi siang hari merangsang kemampuan kita menggunakan oksigen untuk produksi energi, dan melindungi jaringan tissues kita bebas dari radikal bebas toxin yang diproduksi metabolisme ormal, dari stress, atau dari radiasi.

Ketika cahaya ultraviolet, dan bahkan cahaya biru, menekan kemampuan sel kita untuk produksi energi, jenis cahaya tersebut hanya menembus jarak pendek ke dalam lapisan hidup, sehingga kulitlah yang rusak akibat terlalu banyak sinar matahari. Karena darah bersikulasi di lapisan kulit yang menerima sinar ultraviolet, paparan sinar matahari yang berkepanjangan dapat merusak sistem kekebalan tubuh dengan melukai sel darah putih, tetapi biasanya efek perangsang dari jenis cahaya lainnya yang menembus lebih dalam mengimbangi efek ini pada sistem kekebalan tubuh.

Banyak toko makanan sehat sekarang menjual melatonin, untuk mengurangi waktu tidur dan "mencegah kanker.". Mereka telah mengambil beberapa informasi di luar konteks, dan tidak menyadari betapa berbahayanya melatonin itu. Melatonin membuat aktivitas otak lamban, menyebabkan organ seks menyusut, merusak kekebalan tubuh dari mengecilnya kelenjar timus. Melatonin adalah hormon kegelapan dan musim dingain, dapat diproduksi di kelenjar pineal oleh stress apapun yang meningkatkan adrenalin. Cahaya matahari yang cukup bisa menekan pembentukan melatonin.

Q: Bukankah cahaya sinar matahari bikin anda menua?

This effect is variable, and depends on our hormones and diet

Lemak tidak jenuh salah satu tanda faktor utama penuaan dalam kulit. Contohnya, dua kelompok kelinci diberi asupan pola makan yang mengandung minyak jagung atau minyak kelapa, dan belakang mereka mengalami kebotakan, jadi cahaya matahari langsung terkena ke kulit mereka. Binatang yang memakan minyak jagung mengalami kulit keriput secara dini, dan bingrup lainnya yang memakan minyak kelapa tidak menunjukkan kesakitan dari paparan matahari.

Di sebuah studi Universitas California, hasil foto dari dua kelompok orang dipilih, orang orang berpasang pasangan dengan umur satu yang sama, satu yang makan lemak jenuh dalam pola diet nya, dan satu nya makan lebih sedikit lemak jenuhnya. Sekelompok juri diminta untuk mengurutkan mana menurutkan mereka berdasarkan usia yang tampak, dan subjek yang mengonsumsi lebih banyak minyak tak jenuh secara konsisten dinilai lebih tua daripada mereka yang mengonsumsi lebih sedikit, menunjukkan efek percepataan penuaan yang sama dari minyak tak jenuh yang ditunjukkan dari percobaan kelinci.

Juga penting untuk menghindari terlalu berpaparan dengan cahaya ultraviolet, kerusakan kulit yang kita tandai denga penuaan itu hasil dari produk pola makan kita.

Q: Apakah harus kita menghindari cahaya matahari karena kanker kulit?

Jenis kanker kulit yang disebabkan oleh sinar matahari relatif tidak berbahaya, hanya muncul pada kulit yang rusak akibat sinar matahari. Melanoma, yang sering disebut kanker kulit, karena kadang-kadang bermula pada tahi lalat, tidak memiliki hubungan yang sederhana dengan sinar matahari, dan kejadiannya meningkat secara signifikan akibat penggunaan estrogen.

Sering dikatakan bahwa peningkatan angka kematian akibat melanoma selama 60 tahun terakhir disebabkan oleh meningkatnya popularitas berjemur, tetapi pada saat yang sama terjadi peningkatan besar insiden kanker prostat, yang berada di lokasi yang sangat jarang terpapar cahaya. Kesamaan dari kedua kanker ini adalah kepekaan terhadap estrogen dan selama periode waktu yang sama kita sering terekspos lingkungan yang memicu hormon estrogen, akibat dari polusi industri: Dioksin, fenol, hidrokarbon terklorinasi, DDT, asap dll. Kemungkinan besar kanker ini (dan lainnya) disebabkan polutan estrogenik.

Insiden melanoma secara konsisten lebih rendah di daerah dataran tinggi, di mana sinar ultraviolet lebih intens, daripada di daerah dataran rendah. Melanoma umumnya berkembang di daerah yang relatif teduh, termasuk bagian tengah punggung dan bagian dalam paha, tidak seperti kanker kulit yang sedikit ganas, yang paling sering berkembang di dahi, hidung, telinga, pipi dan bibir, di mana paparan sinar matahari paling besar.

Orang yang bekerja di luar udara memiliki insiden melanoma yang rendah menurut beberapa penelitian, dan ini terkadang karena mereka tidak terbakar matahari, seperti yang terjadi pada orang pucat ketika mereka menghabiskan waktu di bawah sinar matahari setelah berada di dalam ruangan untuk waktu yang lama. Terbakar sinar matahari memang menyebabkan bintik-bintik, yang merupakan penggumpalan sel pigmen, tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa anak anak yang terbakar matahari tidak berisiko lebih tinggi terkena melanoma. Terbakar sinar matahari menyebabkan perubahan kompleks pada lapisan jaringan, termasuk imun yang melemah.

Untuk menghindari efek samping sinar matahari yang dapat menyebabkan penuaan dini dan imunosupresi, tampaknya sinar matahari sebaiknya masuk melalui kaca jendela yang dapat menghilangkan sebagian besar sinar ultraviolet, dan sebagian sinar biru. Tersedia lapisan plastik yang mengandung tembaga yang bisa menghilangkan bagian sinar matahari berbahaya ini, dan bisa diaplikasikan pada kaca jendela biasa.

Duduk di bawah sinar matahari yang masuk melalui jendela seperti ini, untuk waktu yang singkat di siang hari sangat melindungi. Selain melindungi dari kanker, hal ini membantu menjaga suasana hati dan tingkat energi tetap tinggi, dengan menjaga melatonin tetap rendah dan merangsang metabolisme.

Baru baru ini, minyak tak jenuh (PUFA) telah diidentifikasi sebagai hal utama dalam sel yang berinteraksi dengan radiasi, yang menyebabkan kerusakan sel. Vitamin E, kalau dikonsumsi ataupun dioleskan ke kulit, dapat mengurangi kerusakan yang dihasilkan oleh paparan radiasi ultraviolet, yang masuk akal, karena ia menghentika reaksi berantai radikal bebas beracun yang dihasilkan ketika minyak tak jenuh dioksidasi oleh radiasi atau cedera lainnya.

Aspirin diketahui memiliki efek serupa dalam mengurangi efek berbahaya yang berkembang di kulit setelah paparan sinar matahari yang berlebihan. Minyak kelapa telah digunakan selama beberapa generasi "lotion tabir surya" dan apakah itu diserap melalui kulit atau dikonsumsi langsung, ia jelas memiliki fungsi proteksi antioksidan. Karoten tampaknya bekerja dengan vitamin E di kulit untuk mengurangi cedera oleh radiasi ultraviolet. Kafein juga telah menunjukkan tindakan perlindungan terhadap radiasi, tetapi mekanisme kerjanya tidak dipahami dengan jelas.

Q: Kenapa tidak menggunakan sun-blockers, sehingga anda bisa mendapatkan cahaya tanpa terbakar?

Kalau lotion sunscreen nya bahan penggunaan nya reflektif yang tidak tembus cahaya, seperti zinc oksida atau titanium oksida, zat tersebut sebagian tetap berada di permukaan kulit. Ini seharusnya tidak membuatnya cukup berbahaya, mesikupan ada kemungkinan bekas titanium dapat diserap bersama minyak ke dalam kulit, yang bisa berubah menjadi racun karena berinteraksi dengan sinar ultraviolet.

Namun bahan kimia lain di dalam lotion, seperti turunan PABA, bereaksi berbahaya dengan cahaya dan mudah diserap dalam jumlah besar ke lapisan kulit yang lebih dalam, sehingga dapat menyebabkan mutasi.

Misalnya, beberapa studi menunjukkan bahwa sun-blockers, mengurangi kerusakan kulit yang disebabkan oleh sinar ultraviolet, sebenarnya meningkatkan resiko berkembangnya melanoma, dengan menyebabkan mutasi ketika kromosom sel berinteraksi dengan sunscreen dan cahaya. (Hal serupa terjadi pada penyakit porfiria. Pigmen yang terakumulasi menyebabkan kulit menjadi sangat sensitif terhadap sinar matahari. Estrogen dikenal memperparah penyakit tersebut.)

Bahkan senyawa berwarna alami, yang terkadang digunakan dalam lotions untuk berjemur, harus dihindari, karena senyawa tersebut dapat menyalurkan energi cahaya ke kromosom, yang menyebabkan mutasi.

Radiasi dari matahari bereaksi dengan lemak tak jenuh yang anda konsumsi dan menyebabkan kerusakan oksidatif pada sel-sel kulit. Vitamin E, Vitamin A, dan karoten adalah antioksidan yang mencegah kerusakan sel kulit, jika dikonsumsi atau dioleskan ke permukaan kulit. Tidak ada satu pun dari zat-zat ini menimbulkan efek berbahaya di bawah sinar matahari.

Aspirin mengurangi kandungan zat besi dalam serum darah dan juga menghambat pembentukan prostaglandin yang terkadang beracun dari asam lemak. Minyak kelapa virgin sangat tahan terhadap kerusakan akibat radiasi, dan seperti Vitamin E, cenderung menghentikan reaksi berantai yang terjadi pada lemak tak jenuh. Formula lama untuk minyak berjemur, minyak kelapa dengan yodium, mungkin berubah menjadi sunscreen organik yang aman, karena yoidum coklat menyerap cahaya, seperti yang dilakukan "Penghalang UV" lainnya, tetapi yodium juga merupakan pemutus rantai yang efektif yang menonaktifkan radikal bebas, dan tidak dapat diserap ke dalam sel dalam bentuk coklatnya. Itu tidak memiliki potensi menyebabkan kanker, tidak seperti kebanyakan sunscreen.

Q: Apakah sinar matahari masih bermanfaat jika anda menggunakan sun blocker yang aman?

Penghalang sun blocker kimia yang populer dimaksudkan untuk menghentikan sinar ultraviolet. Jika mereka dapat melakukan itu, tanpa meningkatkan risiko melanoma, maka mereka sangat bermanfaat, karena ini akan memungkinkan anda untuk mendapatkan paparan sinar matahari langsung yang lama, yang menembus dalam dan memiliki efek anti-stres. Namun sejauh ini, tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa penghalang sinar ultraviolet kimia itu aman.

Q: Mengapa orang nampaknya lebih mudah sakit di musim dingin, seringnya setelah Natal?

Malam hari jauh lebih panjang di musim dingin, dan bahkan di musim panas, angka kematian lebih tinggi di malam hari daripada di siang hari. Tanggal 21 Desember adalah hari dengan jam sinar matahari paling sedikit, tetapi kerusakan kumulatif akibat kegelapan yan berkepanjangan mencapai puncaknya sekitar sebulan kemudian. Suhu dingin memang memiliki beberapa efek berbahaya, tetapi dengan membuat orang-orang tetap berada di dalam ruangan, atau mengenakan pakaian tebal, cuaca dingin juga menyebabkan kita hanya mendapatkan sedikit paparan sinar matahari. Penyakit musim dingin terutama disebabkan oleh "kekurangan cahaya."

Ketika pelaut muda menghabiskan 6 bulan di malam kutub Antartika yang terus-menerus, mereka mengalami tanda-tanda stres nokturnal yang sama dengan yang umum terjadi pada orang tua di malam hari. Banyak orang tua yang terbiasa bangun sebelum fajar, karena mereka merasa tidak mungkin untuk tetap tidur. Bahkan orang muda yang sehat (dan hewan) mengalami beberapa tingkat stres nokturnal segera setelah lampu dimatikan di malam hari, dan tubuh mereka merespons dengan peningkatan produksi adrenalin dan kortisol.

Bagian sel yang menghasilkan energi, mitokondria, menunjukkan tanda-tanda kerusakan yang semakin parah seiring berjalannya malam, tetapi secara bertahap ke kondisi normal selama jam-jam terang di siang hari. Ini berarti bahwa kemampuan terbesar kita untuk melawan stres adalah di sore hari, dan kita paling rentan terhadap cedera saat fajar. Di musim dingin, malam hari panjang dan siang hari pendek, jadi kita mengalami peningkatakn kumulatif dalam kerentanan kita terhadap cedera akibat stres selama bulan-bulan musim dingin.

Cahaya yang menembus jauh ke dalam lapisan tubuh kita (terutama cahaya orange dan merah) mampu meningkatkan efisiensi produksi energi dan menekan radikal bebas beracun yang selalu terbentuk di dalam sel.

Q: Dapatkah kamu memperoleh cukup sinar matahari selama musim panas untuk melewati musim dingin?

Tidak, banyak manfaat cahaya terang yang hilang hanya karena dalam beberapa jam dalam kegelapan, meskipun pemulihan jaringan yang terjadi selama musim panas membuat kita berada dalam kondisi yang lebih baik untuk bertahan hidup di musim dingin, misalnya dengan memungkinkan regenerasi timus secara besar-besaran. (Hal ini terjadi pada orang dewasa, bukan hanya pada anak-anak. Gagasan bahwa timus menghilang setelah pubertas didasarkan pada otopsi. Jika seseorang hidup bahkan selama 3 jam setelah kecelakaan atau timbulnya penyakit, timus telah sempat menyusut.)

Paparan cahaya terang dalam waktu singkat dan sering hampir sama bermanfaatnya dengan sinar matahari terus-menerus, dan kecil kemungkinannya menyebabkan penuaan kulit.

Q: Berapa banyak sinar matahari yang kita butuhkan dalam sehari untuk kesehatan umum?

Jika cahaya buatan cukup terang, maka cahaya tersebut sama efektifnya dengan cahaya matahari dalam menghentikan reaksi stres, tetapi orang jarang menggunakan lampu yang cukup terang. Umumnya, manusia dan hewan lebih sehat jika siang hari lebih dari 12 jam, yaitu setelah 21 Maret dan sebelum 20 September. Jika siang hari lebih pendek dari 12 jam, lampu buatan harus digunakan sejak matahari terbenam hingga waktu tidur, tetapi tingkat kecerahan tertinggi mungkin tidak harus terus-menerus.

Penelitian pada organ dan jaringan yang terisolasi menunjukkan bahwa beberapa detik cahaya terang yang menembus sudah cukup untuk memutus reaksi berantai radikal bebas, memperlambat produksi zat beracun, yang cenderung meningkat konsentrasinya selama stres malam hari. Paparan beberapa detik terhadap cahaya langsung dari sepuluh lampu pijar 150 Watt, hanya beberapa menit setiap dua atau tiga jam, dapat memberikan perlindungan yang lebih efektif daripada paparan terus-menerus terhadap satu lampu 100 Watt.

Glosarium

Mutasi adalah perubahan pada molekul DNA yang dapat mematikan sel, atau mempercepat penuaan sel, atau memicu perkembangan kanker.

Respirasi seluler: kemampuan sel untuk mengonsumsi oksigen dan menghasilkan energi biologis yang berguna.

Kelenjar timus merupakan bagian penting dari sistem kekebalan tubuh kita, dan kelenjar ini akan menyusut jika kita tidak memperoleh cukup cahaya.

Melatonin, atau hormon pineal: kelenjar pineal di otak merespons ketiadaan cahaya (atau stres apa pun yang meningkatkan sistem adrenalin) dengan mengeluarkan hormon yang disebut melatonin, yang mencerahkan kulit, membuat otak lamban, mematikan produksi tiroid dan progesteron, serta menekan kekebalan dan kesuburan.

Imunosupresi mengacu pada proses apa pun yang menurunkan efisiensi sistem kekebalan tubuh kita, seperti stres, radiasi, atau keracunan.

Kesimpulan

  1. Pada musim gugur dan musim dingin, gunakan lampu pijar yang sangat terang setiap hari mulai dari matahari terbenam hingga waktu tidur.
  2. Paparkan kulit sebanyak mungkin pada cahaya terang; bahkan satu menit lebih baik daripada tidak sama sekali. Pakaian tipis dan berwarna terang dapat mentransmisikan sejumlah besar cahaya.
  3. Lampu inframerah, dengan kaca bening, sangat bermanfaat. Lampu merah khusus suhu rendah tersedia.
  4. Lebih baika mendapatkan sinar matahari melalui jendela, karena sinar ultravioletnya lebih sedikit daripada sinar matahari langsung.
  5. Jangan gunakan lotion penghalang sinar matahari, kecuali jenis yang bersifat reflektif (zinc oksida atau titanium oksida)
  6. Kurangi konsumsi minyak tak jenuh dalam makanan, dan gunakan minyak kelapa virgin sebagai makanan dan juga oleskan pada kulit saat terkena sinar matahari langsung.
  7. Vitamin E dan aspirin mengurangi efek berbahaya dari sengatan matahari, bahkan jika digunakan setelah terpapar sinar matahari, keduanya dapat dioleskan ke kulit yang terbakar.

Ini berarti sistem imun kita lebih responsif saat di bawah matahari ketika hari hari berlangsung panjang. Cahaya matahari memberhentikan reaksi stress, dan melindungi sistem imun kita.

Referensi

  1. B. K. Armstrong, ” Stratospheric ozone and health, ” Int. J.Epidemiol 23(51873-996, 1994.

  2. R. J. Berger and N. H. Phillip, ” Constant light suppresses sleep and circadian rhythms in pigeons without consequent sleep rebound in darkness, ” Amer. J. Physiol. – Regul. Integr. C 36(4), R945 -R952, 1994. ” Sleep patterns… showed no evidence of prior sleep deprivation during LL. ”

  3. A. Bibikova, U. Oron, ” Regeneration in denervated toad (Bufoviridis) gastrocnemius muscle and the promotion of the process by low energy laser irradiation, ” Anat. Rec. 242(1), 123-128, 1996.

  4. L. Bolognani, et al., ” Effects of low-power 632 nm radiation (HeNe laser) on a human cell line: Influence on adenylnucleotides and cytoskeletal structures, ” J. Photochem. Photobiol. B-Biol.26(3), 267-264,1994.

  5. N. V. Bulyakova, M. F. Popova, ” Stimulation of post-traumatic regeneration of skeletal muscles of old rats after x-ray irradiation, ” Bull. Exp. Biol. & Med. 103(4), 646-660.

  6. A. Cagnacci, R. Soldani, C. Romagnolo, and S.S.C. Yen, ” Melatonin-induced decrease of body temperature in women: A threshold event, ” Neuroendocrinology 60(6), 649-662, 1994.

  7. J. T. Chuang, M. T. Lin, ” Pharmacological effects of melatonin treatment on both locomotor activity and brain serotonin release in rats, ” J. Pineal Res. 17(1) 11 – 16, 1994.

  8. A N. F. Conti, ” Effects of low-power 632 nm radiation (HeNe laser) on a human cell line: Influence on adenylnucleotides and cytoskeletal structures, ” J. Photochem. Photobiol. B-Biol 26(3), 267-264, 1994.

  9. A Distefano, L. Paulesu, ” Inhibitory effect of melatonin on production of IFN gamma or TNF alpha in peripheral blood mononuclear cells of some blood donors, ” J. Pineal Res. 17(4),164-169, 1994.

  10. V. A Frolov, ” Seasonal structural and functional changes in the rabbit heart, ” Bulletin of Experimental Biology and Medicine, 420-423, 1984.

  11. V. A. Frolov, V. P. Pukhlyanko, T. A. Kanskaya, ” Changes in left ventricular mitochondria in intact rabbits during the 24 hour period, ” Bull. Exp. Biol. & Med., 363-366, 1986.

  12. R. P. Gallagher, et al., ” Sunlight exposure, pigmentation factors, and risk of nonmelanocytic skin cancer 1. Basal cell carcinoma, ” Arch Dermatol 131(2), 167-163 1996. [ " The lack of association between cumulative sum exposure and BCC contradicts conventional wisdom about the cause of this tumor... " ]

  13. R. P. Gallagher, et al., ” Sunlight exposure, pigmentation factors, and risk of nonmelanocytic akin cancer: 2. Squamous cell carcinoma, ” Arch. Dermatol. 13 1(2), 164 – 169, 1995. [ " ...No association were seen between risk of SCC and cumulative Iifetime
    sum exposure. " ]

  14. S. L. Harrison, et al., ” Sun exposure and melanocytic naevi in young Australian children, ” Lancet 344(8936), 1629 – 1632, 1994. (Sunburn.)

  15. M. Hasegawa, A. Adachi, T. Yoshimura, S. Ebihara, ” Retinally perceived Light is not essential for photic regulation of pineal melatonin rhythmicity in pigeon Studies with microdialysis, ” J.Comp. Physiol. A 175(5), 581-586, 1994.

  16. J. 1. Kitay, M. D Altschule, The Pineal Gland, Harvard Univ. Press, Cambridge, 1964.

  17. L. H. Kligman, P.S. Zheng, ” The protective effect of a broad-spectrum sunscreen against chronic UVA radiation in hairless mice: A histologic and ultrastructural assessment, ” J. Soc. Cosmet. Chem. 46(1), 21-33, 1994. (OXYBEN ZONE caused more skin damage than was seen in unprotected mice.)

  18. Kunkel and Williams, J. Biological Chemistry, 1961.

  19. W. Malorni, et al., Both UVA and UVB induce cytoskeleton-dependent surface blebbing in epidermoid cells, ” J Photochem Photobiol. B Biol 26(3), 266-270, 1994.

  20. A. L. Makdmov, T. B. Chernook, ” Biorhythmic aspects of intercontinental Antarctic adaptation, ” lzvestiya Akademii Nauk Kirgiskoy SSR No. 2, pp. 36 – 37, 1986.

  21. F. Nachbar, H. C. Korting ” The role of vitamin E in normal and damaged skin, ” J. Molecular Med. -Jmm. 73(1), 7 – 17, 1995.

  22. R. Pasquali, et al., Acta Endocrinologica 107, 42-48, 1984. (Thyroid seasonal changes in men )

  23. D. Pastore, M. Greco, V. A. Petragallo, S. Passarella, ” Increase in H+/e(-) ratio in mitochondria irradiated with helium-neon laser, ” Biochem. Mol. Biol. Int. 34(4), 1994.

  24. A T. Pikulev, et d., Radiobiology 24(1), 29 – 34, 1984. Krebs cycle enzymes.

  25. Yu. 1. Prokopenko, Gigiyena i Sanitariya 12, pp. 8-10 1982, ” Adaptogenic light. ”

  26. J. M. Rivas, S. E. UUricb, ” The role of IL-4, IL-10 and TNF-alpha in the immune suppression induced by ultraviolet radiation, J. Leukocyte Bbl. 66(61 769-776, 1994.

  27. E. S. Robinson, et d., ” Malignant melanoma in ultraviolet irradiated laboratory opossums: Initiation in suckling young metastasis in adults, and xenograft behavior in nude mice, ” Cancer Res. 64(22), 6986-6991, 1994.

  28. G. L. Schieven, J. A. Ledbetter, ” Activation of tyrosine kinase signal pathways by radiation and oxidative stress, ” Trends Endocrinol Metab. 6(9), 383 – 388, 1994. ” The ability of radiation and oxidative stress to bypass control by normal ligands to act on receptors and their signal transduction pathways offers a new perspective on the ways in which organisms can respond to stress. ”

  29. B. J. Vermeer M. Hurks, ” The clinical relevance of immunosuppression by UV irradiation, ” J. Photochem. Photobiol. B-Biol. 24(3),149-154,1994.

  30. P. Wallberg, E. Skog, ” Increasing incidence of basal cell carcinoma, ” Br. J. Dermatol 131(6), 914-916, 1994.

  31. J. Westerdahl, et d., ” At what age do sunburn episodes play a crucial role for the development of malignant melanoma? ” Eur. J. Cancer 30A( I l), 1647-1664,1994.

Source

Sunlight Using it To Enhance Life

🙏🙏🙏

Thanks for reads, hope you enjoyed it, sharing this article on your favorite social media network would be highly appreciated 💖! Sawernya juga boleh