
Aku merasa bersalah menulis ini. Tapi kamu harus tahu.
Ada satu obat yang bisa bunuh kanker, bikin otak kamu tajam kayak silet, bakar lemak, dan kasih kamu energi kayak mesin diesel yang baru diservis. Harganya? tiga puluh ribu buat sebulan.
Dokter kamu tahu ini. Industri farmasi tahu ini. Mereka diam karena mereka nggak bisa jual sesuatu yang terlalu murah, terlalu efektif, terlalu berbahaya buat bisnis mereka.
Aspirin.
Bukan suplemen fancy dengan kemasan glossy dan influencer berbayar. Bukan superfood dari Himalaya yang dijual seharga motor bebek. Aspirin biasa. Yang kamu beli di apotek sebelah sebelah dengan harga rokok sebatang.
Sistem kesehatan modern dibangun di atas satu prinsip: pasien kronis lebih menguntungkan daripada pasien yang sembuh.
Lagi diabetes? Mereka kasih kamu obat seumur hidup. Lagi kena kanker? Mereka kasih kamu kemoterapi ratusan juta. Lagi depresi? Mereka kasih kamu antidepresan yang bikin kamu zombie.
Tapi aspirin? Aspirin membunuh model bisnis mereka.
Studi tahun 2025 ini melacak 1,5 juta orang. Hasilnya? Aspirin memotong risiko hampir semua jenis kanker. Liver, paru-paru, kolorektal, prostat. Semua. Cuma dengan satu tablet kecil sehari.
Satu pasien minum aspirin senilai lima ribu sehari. Kanker hatinya yang seharusnya mematikan? Mundur. Hilang.
Tapi kamu nggak akan baca ini di Instagram. kamu nggak akan denger ini dari dokter kamu. Karena industri farmasi nggak bisa patenkan aspirin. Nggak bisa mark up harganya 10.000 persen.
Kebanyakan orang mikir kanker itu penyakit genetik. Bullshit. Kanker itu penyakit metabolik dan inflamasi.
Sel kanker makan gula kayak babi kelaparan. Mereka berkembang di lingkungan yang penuh peradangan. Dan aspirin? Aspirin matiin dua jalur itu sekaligus.
Metabolit utama aspirin, asam salisilat, pernah dipake seratus tahun lalu buat ngobatin diabetes. Kenapa berhenti? Karena insulin lebih menguntungkan.
Asam salisilat memperbaiki resistensi insulin. Menurunkan gula darah. Mengurangi peradangan yang bikin sel kamu jadi gila dan mulai membelah tanpa kontrol.
Studi lain nunjukin aspirin nggak cuma mencegah kanker. Aspirin mengurangi risiko kematian dari penyakit apa pun. kamu baca itu dengan benar. Aspirin menurunkan all-cause mortality.
Artinya apa? Artinya hidup kamu lebih lama. Lebih sehat. Lebih kuat. Dengan harga rokok.
Depresi bukan tentang "chemical imbalance." Itu marketing bullshit dari Indusri farmasi buat jual SSRI.
Depresi itu peradangan di otak kamu.
Satu studi kecil kasih aspirin ke pasien depresi klinis. Beberapa minggu kemudian? Setengah dari mereka sembuh total. Nggak lagi depresi. Nggak lagi butuh obat mahal yang bikin mereka mandul dan gemuk.
Ini bukan placebo-controlled trial, dan aku nggak peduli. Tunjukin aku satu studi di mana placebo bikin orang sembuh dari depresi klinis dalam dua minggu. Nggak ada.
Tapi aspirin?
Aspirin menurunkan kortisol, hormon stres yang bikin kamu merasa kayak dunia mau runtuh. Aspirin menurunkan prolaktin, hormon yang naik pas kamu ejakulasi dan bikin kamu lemes kayak kain pel.
Kamu pernah ngerasa kayak zombie setelah crot? Itu prolaktin tinggi. Aspirin memotong itu.
Kebanyakan orang mikir serotonin itu "happy chemical." Salah.
Serotonin itu chemical yang bikin kamu apatis. Flat. Nggak termotivasi. Serotonin ngelawan dopamine, neurotransmitter yang sebenarnya bikin kamu mau gerak, mau menang, mau ngapa-ngapain selain rebahan sambil scroll TikTok.
Aspirin menurunkan serotonin berlebih di otak. Dan apa yang terjadi pas kamu kurangin serotonin?
Kamu jadi lebih tajam. Lebih fokus. Lebih termotivasi.
Studi nunjukin aspirin menurunkan risiko demensia sampai 50 persen. Lima puluh persen. Separuh.
Aspirin ningkatin BDNF, brain-derived neurotrophic factor. Ini molekul yang bikin sel otak kamu tumbuh, berkembang, bikin koneksi baru. Ini yang bikin kamu bisa belajar hal baru. Ingat nama orang. Berpikir jernih pas kamu butuh fokus.
Aspirin ngobatin migrain. Aspirin ngilangin kelelahan kronis. Aspirin bikin mitokondria kamu, power plant dari setiap sel dalam tubuh kamu, kerja lebih efisien.
Kamu tau apa artinya mitokondria yang sehat? Energi. Stamina. Mental clarity.
Hal-hal yang dijual oleh perusahaan supplemen dengan harga jutaan. Kamu bisa dapet semua itu dengan tiga puluh ribu Rupiah.
Estrogen nggak cuma hormon wanita. Cowok punya estrogen juga. Dan pas estrogen kamu terlalu tinggi?
Kamu jadi lemah. Gendut dan moody kayak cewek PMS.
Aspirin bertindak sebagai aromatase inhibitor ringan. Aromatase itu enzim yang ngubah testosteron kamu jadi estrogen. Aspirin blokir ini.
Studi nunjukin dosis rendah aspirin menurunkan total estrogen pada wanita dengan estrogen berlebih. Estrogen berlebih itu yang bikin cowok punya love handles. Punya gyno. Punya masalah kulit. Punya mood yang labil.
Kurangin estrogen. Naikin testosteron relatif. Jadi cowok lagi.
Kebanyakan orang tau aspirin itu anti-inflamasi. Tapi mereka nggak tau cara kerjanya.
Aspirin menghambat enzim COX. Enzim ini ngambil lemak polyunsaturated, lemak dari minyak sayur yang kamu makan setiap hari karena kamu pikir "sehat," dan ngubahnya jadi molekul inflamasi.
Prostaglandin. Leukotrien.
Ini molekul yang bikin kamu sakit. Bikin sendi kamu nyeri. Bikin otak kamu berkabut. Bikin insulin kamu nggak kerja. Bikin kortisol naik.
Aspirin potong jalur ini dari akar.
Aspirin juga mencegah kerusakan oksidatif. Ini ciri khas dari penuaan dan hampir semua penyakit yang kamu kenal. Sel kamu rusak. DNA kamu rusak. Protein kamu rusak. Aspirin memperlambat ini.
Satu studi baru nunjukin aspirin mengurangi akumulasi lemak di hati. Penyakit Fatty liver. Penyakit yang kamu dapat dari makan terlalu banyak gula dan minyak sayur.
Aspirin bahkan punya efek antijamur. Bahkan melawan candida, jamur yang bikin kamu kembung, brain-fog dan selalu capek.
Saya nggak akan bohong. Aspirin ningkatin risiko pendarahan. Terutama di perut.
Tapi seberapa besar risikonya?
Dari data placebo itu menunjukkan risiko pendarahan itu 5 dari 1.000 orang. Sedangkan Aspirin menunjukkan risiko pendarahan itu 8 dari 1.000 orang.
Hanya Naik tiga orang dari seribu.
Media bikin kamu takut dengan "aspirin menyebabkan pendarahan internal." Mereka nggak kasih tau kamu angka sebenarnya. Mereka nggak kasih tau kamu bahwa aspirin justru melindungi dari tipe pendarahan yang lebih mematikan.
Dan ada cara mitigasi.
Larutkan aspirin kamu di air. Jangan telan langsung. Ini nyebarin aspirin ke seluruh perut kamu, bukan konsentrasi di satu titik.
Minum dengan baking soda. Studi nunjukin ini ngurangin kerusakan lambung.
Minum dengan Glycine. Studi nunjukin ini ngilangin semua keluhan gastrointestinal dari aspirin.
Ini penting.
Dosis rendah aspirin, sekitar 80-160 mg, itu yang punya efek positif pada mitokondria. Satu sampai dua tablet aspirin anak.
Pas kamu naik ke dosis lebih tinggi, efeknya berbalik. Aspirin mulai menghambat enzim mitokondria kamu.
Beberapa orang suka dosis tinggi untuk kasus tertentu. Tapi secara umum?
Lebih rendah lebih baik. Satu sampai dua tablet aspirin anak sehari. Itu saja.
99,9 persen produk aspirin di luar sana penuh dengan excipient. Bahan pengisi. Pewarna. Bahan Coating yang nggak kamu butuhkan.
Kebanyakan studi ini menggunakan aspirin over-the-counter biasa. Jadi mungkin nggak masalah besar.
Tapi kalau kamu mau aman dan nggak mau dealing dengan bahan-bahan sampah itu, cari aspirin murni tanpa aditif.
Rekomendasi Glyprin
Kamu bisa terus percaya sistem yang bilang "aspirin berbahaya, jangan minum tanpa resep dokter."
Atau kamu bisa baca studinya . Baca datanya. Baca hasilnya
1,5 juta orang. Penurunan kanker. Penurunan mortalitas. Perbaikan mood. Perbaikan kognitif. Perlindungan jantung. Penurunan inflamasi. Tiga puluh ribu rupiah sebulan.
Ini bukan suplemen eksotis. Ini bukan biohacking fancy. Ini obat yang udah dipake seratus tahun, yang punya data lebih banyak dari hampir semua obat modern, yang terlalu murah buat dijual dengan profit gila.
Sistem nggak mau kamu tau ini. Farmasi nggak mau kamu tau ini. Dokter kamu mungkin nggak mau kamu tau ini.
Tapi sekarang kamu tau.
REFERENSI STUDI:
Long-term use of low-dose aspirin for cancer prevention: A 20-year longitudinal cohort study of 1,506,525 Hong Kong residents (Int J Cancer. 2025 Jun 15;156(12):2330-2339. doi: 10.1002/ijc.35331. Epub 2025 Jan 18.): Sumber
The long-term use of aspirin was associated with a reduced risk of cancer (SHR 0.92, 95% CI 0.91-0.94) and a reduced risk of cancer mortality (SHR 0.80, 95% CI 0.79-0.82). Stronger chemopreventive effects were observed among those who used aspirin for more than 10 years, including risk reductions for lung (SHR 0.56, 95% CI 0.51-0.60), breast (SHR 0.34, 95% CI 0.29-0.38) and colorectal (SHR 0.37, 95% CI 0.33-0.40) cancers, but not for bladder cancer and leukaemia. Low-dose use of aspirin was associated with lower risk of cancer among Chinese. The association was even stronger for those using aspirin for more than 10 years. Prescription of aspirin may be started as early as at age of 40, as the chemoprotective effect also applied for early cancers.
Association of Aspirin Use Mortality Risk Among Older Adult Participants in the Prostate, Lung, Colorectal and Ovarian Cancer Screening Trial: Sumber
In this cohort study, aspirin use 3 or more times per week was associated with a reduction in all-cause, cancer, GI cancer and CRC mortality in older adults.
On The Treatment of Glycosuria and Diabetes Mellitus with Sodium Salicylate: Sumber
Shortened onset of action of antidepressants in major depression using acetylsalicylic acid augmentation: a pilot open-label study: Sumber
Despite limitations due to the open nature of this study, our preliminary results confirm our preclinical findings and are in favour of an accelerating effect of ASA in combination with SSRIs in the treatment of major depression. Potential physiological and biochemical mechanisms may involve an anti-inflammatory and/or neurotrophic effect.
Evaluation of nootropic and neuroprotective effects of low dose aspirin in rats (J Pharmacol Pharmacother . 2011 Jan;2(1):3-6. doi: 10.4103/0976-500X.77079.): Sumber
Aspirin and ondansetron administration significantly increased the retention of conditioned avoidance response compared to control. Ondansetron and aspirin significantly prevented ECS-induced attenuation of the retention of conditioned avoidance response also. On the other hand, ondansetron and aspirin significantly retarded the ECS-induced enhancement of 5-HT-mediated behavior.
Aspirin Use on Incident Dementia and Mild Cognitive Decline: A Systematic Review and Meta-Analysis: Sumber
In cohort studies, we found that low-dose aspirin use had a higher likelihood of reducing the incidence of dementia, which was not supported by RCTs. The evidence was insufficient to fully evaluate the effect of aspirin on cognitive function and dementia.
Aspirin binds to PPARα to stimulate hippocampal plasticity and protect memory: Sumber
On binding to PPARα, aspirin stimulated hippocampal plasticity via transcriptional activation of cAMP response element-binding protein (CREB). Finally, hippocampus-dependent behavioral analyses, calcium influx assays in hippocampal slices and quantification of dendritic spines demonstrated that low-dose aspirin treatment improved hippocampal plasticity and memory in FAD5X mice, but not in FAD5X/Ppara-null mice. These findings highlight a property of aspirin: stimulating hippocampal plasticity via direct interaction with PPARα.
Aspirin in the treatment and Prevention of Migraine Headaches: Possible Additional Clinical Options for Primary Healthcare Providers: Sumber
The totality of evidence, which includes data from randomized trials, suggests that high-dose aspirin, in doses from 900 to 1300 mg, taken at the onset of symptoms, is an effective and safe treatment option for acute migraine headaches. In addition, the totality of evidence, including some, but not all, randomized trials, suggests the possibility that daily aspirin, in doses from 81 to 325 mg, may be an effective and safe treatment option for the prevention of recurrent migraine headaches. The relatively favorable side effect profile of aspirin and extremely low costs compared with other prescription drug therapies may provide additional options for primary healthcare providers in the treatment of both acute and recurrent migraine headaches.
NONSTEROIDAL ANTIINFLAMMATORY DRUGS AND UNCOUPLING OF MITOCHONDRIAL OXIDATIVE PHOSPHORYLATION: Sumber
The ability to uncouple mitochondrial oxidative phosphorylation is a common characteristic of antiinflammatory agents with an ionizable group. Modification or absence of an ionizable moiety reduces the effect on mitochondria and could lead to improved NSAID GI safety.
Prostaglandin E-EP4 Axis Promotes Lipolysis and Fibrosis in Adipose Tissue Leading to Ectopic Fat Deposition and Insulin Resistance: Sumber
By regulating the lipolytic key players, the PGE2-EP4 pathway sustains basal lipolysis as a negative feedback loop of insulin action, and perturbation of this process leads to "metabolically healthy obesity." The potential role of the human EP4 receptor in lipid regulation was also suggested through genotype-phenotype association analyses.
Oxylipid Profile of Low-Dose Aspirin Exposure: A Pharmacometabolomics Study: Sumber
Together, these results suggest that linoleic acid‐derived oxylipids may contribute to the non‐COX1 mediated variability in response to aspirin. Pharmacometabolomics allowed for more comprehensive interrogation of mechanisms of action of low dose aspirin and of variation in aspirin response.
Aspirin for Metabolic Dysfunction-Associated Steatotic Liver Disease Without Cirrhosis: Sumber
In this preliminary randomized clinical trial of patients with MASLD, 6 months of daily low-dose aspirin significantly reduced hepatic fat quantity compared with placebo. Further study in a larger sample size is necessary to confirm these findings.
Systematic Review and Meta-Analysis of Randomised Trials to Ascertain Fatal Gastrointestinal Bleeding Events Attributable to Preventive Low-Dose Aspirin: No Evidence of Increased Risk: Sumber
The majority of the adverse events caused by aspirin are GI bleeds, and there appears to be no valid evidence that the overall frequency of fatal GI bleeds is increased by aspirin. The substantive risk for prophylactic aspirin is therefore cerebral haemorrhage which can be fatal or severely disabling, with an estimated risk of one death and one disabling stroke for every 1,000 people taking aspirin for ten years.
Effect of sodium bicarbonate on aspirin-induced damage and potential difference changes in human gastric mucosa: Sumber
Electron microscopy showed a damaged honeycombed appearance of surface epithelium after aspirin in saline and a normal cobblestone appearance after aspirin in bicarbonate. Aspirin dissolved in bicarbonate failed to induce the usual fall in potential difference.These findings indicate that sodium bicarbonate in amounts equivalent to one-third of a teaspoonful of baking soda protects the gastric mucosa against aspirin-induced damage and prevents the usual fall in potential difference after aspirin.
CATATAN:
Dokter Anda mungkin nggak suka saya nulis ini. Mereka bakal bilang "konsultasi dulu sebelum minum." Fine karena ini bukan nasehat dokter.
Baca tulisan ku sebelumnya tentang Aspirin
Thanks for reads, hope you enjoyed it, sharing this article on your favorite social media network would be highly appreciated 💖! Sawernya juga boleh